H-1 Idul Fitri
My sadness becomes a barricade to prevent me from using english. Sorry for your unconvenience :)
Ini adalah hari tergalau yang pernah saya rasakan. Mengapa?
Karena besok adalah hari raya pertamaku jauh dari orang tua. Mungkin ada yang
tertawa dan berpikir kalau saya ini anak mami, anak manja, atau apalah. Yang
penting saya sayang orang tuaku! Lebih baik aku menangis merindukan orang
tuaku, dari pada menangis merindukan pacar? Meine Eltern sind űber alles.
Meskipun besok adalah hari raya, tetapi atmosfer kemeriahan
Idul Fitri tidak ada sama sekali di tempatku tinggal. Tidak ada yang namanya
beres-beres rumah untuk open house,
tidak sibuk jalan-jalan di mall untuk nyari baju lebaran yang keren, tidak juga
begadang tiap malam untuk bikin kue kering kesukaan keluarga. Yah, mau
bagaimana lagi? Beginilah nasib jauh dari orang tua.
Aku jadi sangat merindukan kota kecil yang bernama Jayapura
itu. Masyarakatnya yang ramah, keberagaman yang saling bercampur baur, dan
orang-orang dari semua agama yang selalu bersukacita pada hari raya apapun.
Harmonis. Damai.
Siapa bilang di Jayapura perang suku melulu? Enak saja!
Citra Jayapura rusak gara-gara ulah televisi nasional yang selalu menampilkan
sisi “seram” dari kotaku. Padahal, itu hanyalah sekeping mozaik kecil yang
jarang sekali terjadi.
Oke, balik lagi ke tujuan awal. Tadi pagi aku benar-benar galau!
Tak terasa air mata jatuh, mengingat mama dan papa yang jauh disana. Di
kehidupan baruku yang jauh dari mereka, aku merasakan sendiri bagaimana
susahnya kehidupan. Sebenarnya, kata “susah” yang ku maksud bukan selalu
tentang uang. Susahnya kehidupan bukan hanya tentang kekurangan uang,
kekurangan makanan, atau segalanya yang berbau materi. Lalu, kurang apa? Hmm
aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya dengan tepat. Pokoknya... seprti ada
sesuatu yang hilang dari kehidupanku. Tidak ada orang tua yang tiap pagi
membangunkanku, tidak ada yang mengingatkanku untuk shalat dan mengaji seprti
yang biasa mama lakukan tiap hari, tidak ada yang mengomeliku kalau aku berbuat
kesalahan, tidak ada yang dengan sabar menerima segala ocehan kasarku saat
hatiku lagi panas. Oh ternyata... hal-hal sederhana seperti itu sangat berarti
untukku.
Mamaaa... Papaaa... Ich vermisse dich!
Semalam, aku baru sadar kalau ternyata sekarang aku memang
HARUS hidup mandiri. Jika ada masalah, harus selesaikan sendiri. Pikirkan
sendiri apa yang dilakukan. Kalau dulu waktu masih di Jayapura, masih ada ortu
yang sedia dengarin masalah sepele apapun. Mereka selalu dengan senang hati
menyelesaikan masalah apapun yang timbul karena kebodohanku. Tapi sekarang...
aku sudah harus lebih dewasa dan bertindak sendiri.
Kamarku berantakan? Aku harus sadar diri dan mulai
membersihkannya. Mau tunggu siapa yang negur? Tidak ada. Dulu waktu masih
sekolah, yang namanya kegiatan makan itu adalah kegiatan yang paling sering
terlupakan olehku, kasihan mama papa harus berulang kali memanggil untuk makan.
Nah kalau sekarang, harus lebih tahu jaga diri. Kalau aku sakit, harus siap
menerima resiko urus diri sendiri.
Pagi ini hujan deras mengguyur Balikpapan! Wow! Saking
derasnya sampai-sampai tidur nyenyak banget dan hampir lupa bangun untuk pergi
ke kelas. Pagi ini aku bangun paling awal, jam 7.50. aku sempat termenung galau
setelah membaca SMSan ku semalam dengan mama.
Mama :Tumben mama tiba-tiba ga bisa tidur padahal
tadi ngantuk skali. Gak taunya nada lg ada masalah disana.
Nada : Nada jadi kangen rumah... kangen mama
papa. Biasanya kalau H-1 lebaran pasti sibuk masak ini itu, kalau
sekarang...sibuk belajar dan kerja PR. Tidak ada atmosfer lebaran sama sekali.
Tadi kiriman kuenya udah nyampe ma. Danke schőn..
Mama :Mama papa kalo ungat jg sedih sekali. Kadang
mama iri lihat diva ke masjid dengan mamanya, ayu dengan mamanya, dll. Entah
kapan lagi kita bisa seperti itu. Apalagi besok shalat mama sendiri saja,tapi
kita harus berbesar hati dan berdoa semoga pengorbanan ini yang membawa
kebaikan untuk nada dan keluarga kita kelak. Saat seperti itu yang bikin kita
sadar hanya 1 yang masih bisa dekat dengan kita yaitu Allah SWT.
Nada : Oh iya ma...kue cornflakesnya hancur,
putri salju jg hancur tapi sedikit saja. Untung ada kiriman kue, itu saja
suidah buat nada senang. Buat nada jadi masih merasa kalo nada masih merayakan
lebaran juga disini.
Mama : Papa mama sedih Cuma kue yang dapat
dikirim.
Dan itulah
cuplikan SMS yang bikin hati ku ketar ketir.
Setelah puas menangis didalam diam, aku mandi. Wah jadi
kangen rumah! Kalau dulu di rumah air melimpah, kalau di asrama yang di satu
kamar 5 orang dan kadang kalau lagi apes air gak nyala. Wah berabe! Hal kecil
jadi runyam gara-gara kesulitan air. Kedengarannya ngenes banget ya... haha.
Saat aku selesai mandi, jam telah menunjukkan pukul 8.20!
dan belum ada seorang pun teman sekamarku yang bangun. Padahal jadwal masuk
kelas itu 8.45, dan guru kami orang Jerman yang terkenal disiplin banget.
Pukul 8.50, aku dan teman-teman baru keluar dari asrama
dengan memegang payung karena hujan gedeeee banget. Lebih parah lagi, ada satu
orang temanku yang tidak sempat mandi XD
Sesampainya dikelas, hanya ada sekitar 7 orang yang sudah
datang. Tapiii...tentu saja, Sina (guru wali kelasku) sudah memulai pelajaran
dan sedang membahas PR. Tadinya aku berharap tidak mendapat omelan darinya
karena mungkin dia masih punya hati untuk “memaklumi” keterlambatanku dan
teman-temanku yang lain. Tapiii... kata MAKLUM tidak ada dalam kamus Jerman!
Tentu saja dia marah.
Salah seorang temanku datang telat setengah jam. Saat dia
masuk kelas, Sina nanya pake bahasa Jerman (ya iyalah).
Sina : Kenapa kamu datang begitu terlambat?
Temanku : Karena hujan.
Sina : Ya, memang sekarang hujan. Jadi?
Begitulah! Sadis kaaan.. tapi memang seharusnya begitu sih,
harusnya budaya telat orang Indonesia dimusnahkan deh. Maluuu..
Sebenarnya agak gimanaa gitu. Sekolah-sekolah, kampus, dan
lembaga-lembaga udah libur dari beberapa hari yang lalu. Nah ini... besoknya
lebaran pun belum libur men! Tapi bagiku it’s really okay, namanya juga mau
kuliah di Jerman, ya harus kerja keraslah. Ngapain juga nyantai di asrama?
Mendingan kan belajar hehe (aku gak bermaksud munafik loh yaa). Untungnya, hari
ini kelas berakhir pada pukul 12 siang (lebih cepat dari yang biasanya selesai
jam 3 sore).
Sampai di kamar, air belum nyala. Great. Padahal sedikit
lagi waktunya shalat Zuhur. Akhirnya, aku memutuskan untuk shalat di masjid
saja. Sekalian beri’tikaf sebentar, mengadu pada Allah akan kegalauan ini
><
Pulang dari masjid, ternyata aku masih juga galau. Hahhhh,
Nadaaaaa...ternyata kamu cengeng juga! Untuk mengusir galau yang tak
habis-habis ini, aku mengaji dan berharap Allah memberikan sesuatu yang bisa
menghilangkan galau. Saat aku masih mengaji, tiba-tiba Kak Anthony (staff
Jerman Manajemen yang selama ini mengurus keperluan kami) datang ke kamar karena
tadi aku melapor tentang air yang tidak mengalir. Dan kak Anthony adalah berkah
dari Allah. Kak Anthony bilang kalau ortunya temanku yang sama-sama dari
Jayapura datang ke Balikpapan jenguk anaknya. Nah, saking sayangnya dengan si
Theo, mereka ngajak SEMUA anak JM untuk makan-makan! Dan setelah melalui
perbincangan yang panjang, kita memutuskan untuk makan di rumah makan Torani
yang berspesialisasi dalam makanan seafood Kepiting Kenari khas Kalimantan. Dan
ini bukan traktiran ecek-ecek, seporsi kepiting kenari Rp.175.000! tapi ortunya
Theo segera mengiyakan saran kami. Yess! Alhamdulillah ya Allah! Allah Maha
Mendengar, doaku terjawab :’)
Hari ini segitu dulu ya. Akan kuusahakan untuk selalu
memberi kabar mulai dari sekarang, insya Allah.
Satu hal yang aku mau bilang, manusia terlahir sendiri, mati
pun sendiri. Tapi ketahuilah, sebenarnya kita tidak pernah sendiri. Allah selalu
ada di dekat kita.
No comments:
Post a Comment
Leave a comment!