29.7.09

Em-o-es

Masa Orientasi Siswa.
Semua pelajar pernah mengalaminya? Pasti donk. Masa gencet-gencetan oleh para senior. Tapi itu sangat disayangkan. Karena maksud dan tujuan dari MOS tersebut bukan seperti itu. Tujuan MOS, yang telah dilupakan dan diabaikan oleh senior-seniornya adalah untuk membantu para siswa beradaptasi dengan lingkungan sekolah, guru-guru dan kakak kelas. Dan dewasa ini, sudah jarang ditemukan MOS yang seperti itu. Yang ada hanyalah para siswa baru menjadi takut pada kakak kelas. Bahkan ada juga yang trauma. Wah... Salah pengertian ni namanya!
Dari pengalamana MOSku di SMP, kegiatan itu sangat tidak mendidik. Bagaimana tidak? Lihat saja dari atribut-atribut yang harus dikenakan. Apa coba kegunaannya? Membuat kita seperti orang sinting? Salah banget. Tak seharusnya memakai 'kostum-kostum'. Yang diutamakan itu maknanya donk, bukan penampilannya. Dan kita lihat lagi, dengan kegiatan yang diadakan oleh seniornya. Cuma ngebentak-bentak nggak jelas? Mempermalukan adik-adik kelas? Apakah itu tindakan yang benar? Kenapa semua yang dilakukan itu tak berguna ? Dan mengapa oh mengapa banyak sekali pertanyaan?
Cukup deh.
Sebenarnya bukan itu maksud utama tulisanku ini. hehe. Yang tadi hanya protes sekilasku tentang MOS. Yang ingin kuceritakan lebih lanjut adalah pengalamanku menjadi kakak-kakak pengurus MOS. Dan ini baru saja berakhir. Dengan akhir yang cukup menggembirakan.
Okay guys... Hanya untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk MOS, kami -OSIS maksudku- harus memotong waktu libur sebanyak seminggu. Bayangkan, seminggu! Padahal anak-anak yang lain hanya enak-enakan bersantai ria di rumah masing-masing. Sudah begitu, permulaan MOSnya juga agak berantakan.
Ini kacau.
Karena sang ketua OSIS bukan orang yang well-organized. Yap. Masalahnya dari ketua OSISnya sendiri. She's the reason of that trouble!
Hehehe.... Peace ketoz!
Aku harus adil. Memang ketua OSIS di sekolahku itu not well-organized. Tapi dia bukanlah penyebab dari kekacauan itu. Lebih karena panitia MOS! Aku juga sempat gemas melihat kelambanan cara kerja mereka (para guru).
Begini, 3 hari sebelum MOS, aku dan 3 orang temanku yang lain pergi ke rumah sekretaris OSIS, Diyanah (dan dia belum masuk hitungan) langsung dari sepulang sekolah. Kami membantu dia untuk menyiapkan ID card untuk OSIS. Belum lagi kami harus membuat daftar nama OSIS-OSIS dan guru! Fiuh. Aku heran juga sih. Aku ini kan bukan masuk dalam kepengurusan inti dalam OSIS, tapi kenapa aku selalu dibuat repot?
Mungkin aku yang suka merepotkan diri. Pingin eksis atau semacamnya. See? Aku ini gadis yang baik. Mau mengakui kekurangan sendiri tentu sangat bagus. Yah, walaupun terlalu mencintai diri sendiri. Ha ha ha. (Kurasa aku mempunyai good sense of humor).
Back to laptop (>.<).
Sebenarnya apa sih kekacauannya? Everything's seems alright, yeah? Dengar deh, saat H-1 MOS, kami sudah menempelkan pengumuman di mading kalau MOS besok akan dimulai dan menginformasikan atribut-atribut yang diperlukan. Yang membuat kepala semua OSIS jadi pusing (nggak. Hanya anggota OSIS yang peduli saja yang mendapatkannya), para panitia hari itu belum sempat membagi siswa-siswi baru itu kedalam gugus-gugus! Dan kami membuat atribut yang warnanya harus disesuaikan gugusnya. Parah? Tentu saja! Kami kelabakan saat ditanya masalah gugus itu dari orang tua murid. Bagaimana kami bisa menjawab kalau kami sendiri belum diberi informasi yang pasti?
Sangat disayangkan OSIS belum mendapatkan kekuasaan dan kepercayaan penuh untuk mengatur segalanya. SEGALANYA. Aku sangat memimpikan hal itu.
Untuk sekedar intermezzo, aku ingin menjadi ketua OSIS. Siapa bilang jadi Ketua OSIS buat pusing? No! Who cares with the problem? Aku bahkan tak masalah jika harus disibukkan oleh kegiatan-kegiatan OSIS yang banyak sekali. Bahkan jika tak ada kegiatan (seperti OSIS angkatanku ini, yang nggak pernah mengadakan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi), aku akan membuat banyak. Sayang sekali waktu pemilihan calon Ketua OSIS aku sakit dan baru kembali ke sekolah saat Ketua OSIS sudah terpilih.
Menyebalkan. Dan aku sadar tak selamanya aku mendapatkan apa yang kuinginkan.
Biarkan saja. Karena kutahu masih ada kesempatan untuk itu. SMA! Woo-hoo! Aku akan sangat gembira jika bisa menjadi Ketua OSIS di SMA. Lebih keren.
Hhhhh. Ditunda dulu tentang obsesiku itu.
Jadinya? Keputusannya adalah besoknya itu belum MOS. Hanya Pra-MOS.
Aku bahkan tidak tahu kalau Pra-MOS akhirnya dilakukan! Kami belum mempersiapkan diri untuk Pra-MOS.
Itu bukan masalah intinya.
Keputusannya adalah besoknya itu belum MOS. Hanya Pra-MOS. Dan itu diberitahukan kepada OSIS saat para orang tua murid sudah pulang!
Yang artinya, adik-adik kecil yang manis itu belum diwajibkan memakai atribut MOS.
Pra-MOS itu membuatku kesal. Aku benci dengan segalanya yang harus memakai Pra. Aku ini orang yang sangat to the point. Tak suka yang namanya ujian mid-semester (untuk apa mid-semester? Itu membuang waktuku saja. Karena yang namanya sekolahku, sehabis mid-semester itu kita banyak pelajaran kosong. Membosankan. Aku lebih suka yang namanya ulangan harian daripada mid-semester. Pokoknya untukku, yang hemat waktu itu adalah yang terbaik!)
Itu artinya MOS hanya dua hari! Karena di perencanaan kami, MOS diadakan hari Kamis dan berlangsung tiga hari. Jadi selesainya Sabtu kan?
Kalau hari Kamis Pra-MOS, tak mungkin MOS akan tetap diadakan dua hari.
Dan dihari Rabu yang matahari sedang cukup dermawan memberikan kehangatan, aku pulang dengan kepala berat -bukan karena mengantuk, tapi karena kecewa dengan panitia MOS.
Untunglah saat aku pulang -jam 11-, tidak ada orang di rumah. Itu artinya aku bebas bermuram durja. Dan syukurlah, rasa suntuk yang kualami dengan cepat menghilang begitu menonton acara musik di televisi sambil ngemil. Aku suka cemilan. Tapi bukan itu yang membuatku ngemil begitu pulang dari sekolah. Hanya saja mamaku belum sempat memasak untuk makan siang dan perutku lapar maka aku mengganjalnya dengan snack sembari berharap jam 12 mama sudah pulang.
Ternyata tidak. Dan mama belum pulang, dan aku ditelpon oleh temanku dan dia memberitahuku kalau saat itu juga OSIS diminta kembali ke sekolah. Dan aku pergi ke sekolah untuk kedua kalinya pada hari itu. Dan perutku lapar.
Aku tidak tahu apa yang diharapkan para panitia itu lagi? Di siang hari yang cerah banget itu, wajahku justru terlihat makin buram.
Dan muka itu menjadi makin kelam lagi saat sampai di sekolah dan melihat segelintir anggota OSIS yang telah sampai duluan sudah sibuk memasukkan peralatan kebersihan kedalam kantong-kantong plastik merah.
Huh. Mereka menyuruh kami kembali untuk mengurus ini?
Aku tak terima. Aku belum makan sedangkan tadi pagi pun aku belum sarapan. Panitia MOS di sekolah ini benar-benar buruk.
Aku yakin kalau OSIS mendapat kuasa penuh untuk menjalankan MOS hasilnya akan jauh lebih baik daripada ini.
Dan lebih bagus lagi jika Ketua OSIS-nya itu bernama Nada Syakira Yulfinov.
Penuh syukur, (takkah kau lihat betapa aku anak yang baik?aku masih saja bersyukur saat perutku lapar dan capek dan penuh amarah kepada panitia lamban itu) setengah jam kemudian pekerjaan kami selesai. Yah, seperti yang kalian tahu, harimau yang lapar akan lebih ganas menerkam mangsanya, jadi panggil saja kami ini Simba.
Hmm...bukan penuh syukur saja. Penuh dengan penyesalan karena sebenarnya aku tidak perlu datang kembali ke sekolah siang ini, toh masih ada anggota OSIS yang lain. Sudah deh. Yang penting aku tidak pulang dengan tangan kosong. Karena tadi panitia memberitahu kalau besok tetap MOS, hanya saja besok para siswa tidak perlu memakai atribut. Yipie!
Esoknya, tak kusangka informasi tersebut sudah diketahui oleh semuanya. Hebat bukan? OSIS sekolah kami berisikan anak-anak yang mempunyai network yang sangat luas. Sekali lagi, ini berhasil diatasi karena tangan-tangan OSIS. Guru tak mungkin bisa melakukannya.
Semua murid dibagi rata menjadi delapan gugus. Nama tiap gugus bukan disebut gugus 1, gugus 2, dan seterusnya. Kami -kebetulan- menamakan tiap gugus menjadi nama-nama planet sesuai urutannya dalam tata surya. Planetnya delapan -pas- dan aku beserta lima teman-teman OSISku mengendalikan planet Merkurius. Kedengarannya keren kan? Tentu saja. Perubahan nama gugus itu membuat MOSnya menjadi sangat keren.
Anak-anak yang ada di gugusku semuanya baik-baik (baguslah). Tak ada yang suka memberontak ataupun ribut. Semua membuatku senang. Mereka patuh kepada kakak-kakak penguasa planetnya. Tapi yang membuatku kecewa, mereka tidak terlalu bersemangat (ya, aku tahu. MOS memang membosankan. Tapi setidaknya mereka harus sedikit berenergi kalau ingin lebih dekat dengan sekolah).
Selama MOS, aku selalu pulang dengan badan yang lelah.
Tapi aku cukup menikmatinya. Yang kunikmati yaitu, kegiatan anak-anak MOS yang meminta-minta tanda tangan. Wuah. I feel really the idol. Kayak orang penting saja (memang kami penting! MOS akan kaku tanpa kehadiran kami).
Dan satu lagi yang sangat kusenangi dari MOS. Karena adik-adik di planetku sangat manis, imut, dan ramah. Setiap pagi ketika baru tiba di sekolah, mereka selalu memberikan senyum dan salam manis. Dan ketika MOS telah berakhir, mereka tetap seperti itu! Keren banget!
Di hari ketiga, hari penutupan. Hari penentuan. Anak-anak di gugusku sangat antusias untuk menyabet mahkota raja dan ratu MOS. Awalnya kukira, mereka itu hanya baik padaku saat MOS berlangsung saja, agar mendapat kesan baik dan dicalonkan menjadi raja dan ratu. Ternyata tidak. Thanks God, you gave me some nice persons.
Dan yang membuatku senang sekali, anak perempuan dari planetku berhasil menjadi ratu MOS! Sebagai kakak pendampingnya, aku jelas bangga dan gembira sekali. Walaupun Merkurius tidak mendapat juara sebagai planet terkompak, tetapi itu tak mengurangi rasa senangku.
Paling tidak, lumayanlah. Maksudku, MOS tahun ini.