18.6.09

4 JENDELA DALAM DIRI KITA

Dear diary...

Kenapa sih, semua teman-teman di sekolah menjauh dari gue? Selama ini, Cuma Gita yang mau bareng dan ngobrol banyak sama gue. Sisanya malah menghindar atau basa basi doang kalau ketemu. Apa sih salah gue? Perasaan, selama ini gue baik sama semua orang, deh. Lama-lama gue jadi malas ke sekolah, apalagi ketemu ama orang-orang


Itu tadi curhatan Mona tentang teman-teman sekolahnya. Menurut Mona, sikap yang ditunjukkan oleh teman-temannya itu aneh banget. Kecuali Gita, semua orang seakan-akan nggak bisa menerima kehadiran Mona. Jelas saja Mona jadi serba salah menghadapi situasi ini. Tapi, apa benar kesalahan itu datang dari teman-teman Mona? Jangan-jangan, justru ada ikap Mona yang nggak menyenangkan?

Buat Mona (dan sebagian besar orang, termasuk kita), sepertinya lebih gampang kalau melemparkan kesalahan ke orang lain sebagai kambing hitam ketidaknyamanan yang kita rasakan. Padahal, kalau diperhatikan lagi faktanya, dimana satu sekolah nggak menyukai Mona, maka bisa dipastikan kalau masalahnya justru ada di Mona. Tapi, dia nggak sadar bahwa dialah sumber masalah, karena Mona nggak mengenal dirinya dengan baik.

Isi Dalam Diri Kita

Disadari atau nggak, sebenarnya ada beberapa hal dalam diri kita yang belum terungkap dengan jelas. Terutama saat berhubungan dengan orang lain. Seperti kasusnya Mona, ada sifat atau perilaku di dalam dirinya yang dia sendiri nggak tahu. Apesnya, justru sifat inilah yang nggak disukai oleh mayoritas teman sekolahnya.

Nah, supaya lebih mudah mengenal diri sendiri, psikolog terkenal dari Amerika Serikat bernama Joseph Luft dan Harrington Ingham menciptakan sebuah konsep bernama Johari Window atau Jendela Johari pada tahun 1955. Konsep ini bilang bahwa ada empat jendela yang bisa menggambarkan pengenalan diri kita, yaitu :

1. Open Area

jendela ini menggambarkan hal-hal (bisa perilaku, perasaan, persepsi, emosi, pengetahuan, pola pikir, dan keahlian) yang kita dan orang lain ketahui. Misalnya, kita adalah ketua OSIS yang punya kemampuan sebagai pemimpin, jago bikin keputusan sekaligus disiplin. Makanya, teman-teman dan guru pun nggak ragu dengan kapasitas kita sebagai ketua OSIS.

Pengaruhnya : jendela yang terbuka ini bisa dibilang sebagai sisi dimana hubungan kita dan orang lain berjalan lancar bebas hambatan. Soalnya, kedua pihak saling mengenal dengan baik dan punya banyak informasi tentang dirinya masing-masing. Akibatnya, nggak ada lagi tuh yang namanya miskomunikasi atau kebingungan. Komunikasi yang lancar ini membuat konflik jadi gampang dihindari. Misalnya, anak buah kita di OSIS nggak ragu untuk curhat tentang masalahnya kepada kita, karena mereka percaya bahwa kita bisa diandalkan dan bisa memberi solusi yang bagus. Mereka juga menjalankan tugasnya dengan baik karena sadar kalau kedisiplinan adalah hal yang kita junjung tinggi.

2. Hidden Area

Jendela ini menggambarkan adanya hal-hal dalam diri yang kita tahu, namun orang lain tidak tahu. Misalnya, persepsi kita terhadap sahabat kita sendiri. Kita menganggap bahwa dia adalah orang yang pemarah. Tapi, kita nggak pernah bilang hal ini ke dia karena nggak enak, walaupun sebenarnya sebal setengah mati.

Pengaruhnya : sisi yang satu ini terkadang bisa merugikan lho. Soalnya, dari contoh diatas, jelas banget bahwa ada komunikasi yang nggak lancar antara kita dan sobat. Akibatnya, masalah tersebut nggak selesai, deh. Kita lebih milih buat mengalah daripada harus bertengkar dengan dia. Bukan nggak mungkin, kekesalan yang kita pendam selama ini bakal meledak sewaktu-waktu.

3. Blind Area

Area ini menggambarkan hal-hal yang nggak kita ketahui, tapi orang lain tahu. Seperti kasusnya Mona tadi. Buat teman-teman Mona, sifat Mona yang selalu pingin tahu urusan orang lain itu nyebelin banget! Sementara, Mona sendiri nggak sadar akan hal ini, karena menurut dia, banyak bertanya artinya menunjukkan oerhatian.

Pengaruhnya : akibat Mona yang selalu kekeuh banget menganggap bahwa dirinya Cuma memberi perhatian dan bukan mau ikut camppur masalah orang lain, membuat dia dijauhi seisi sekolah. Padahal, sudah banyak kritik dan masukan yang dilontarkan kepada Mona. Salah satunya, dengan menjauhinya. Sayangnya, Mona tetap nggak sadar, tuh. Justru dia menyalahkan teman-temannya karena nggak bisa ngertiin dia.

4. Unknown Area

Nah, kalau area ini adalah kebalikannya dari open area. Semua sisinya tertutup, yang artinya baik kita sendiri maupun orang lain, nggak ada yang tahu tentang hal-hal dalam diri kita. Hal-hal itu bisa berupa kemampuan dan keahlian kita, atau sikap dan perilaku kita yang belum terungkap. Pokoknya, misterius banget deh! Misalnya nih, saat masih kecil, kita dan orang tua sama-sama nggak tahu tentang bakat yang kita punya. Suatu hari, papa dan mama berkaraoke di rumah dan tiba kita mengikuti alunan nada dengan baik. Nggak disangka, ternyata kita punya jiwa seni yang bagus!

Pengaruhnya : biasanya suh hal-hal yang menyebabkan ketidaktahuan ini berasal dari kurangnya pengalaman. Kita belum mencoba hal-hal atau tantangan baru yang belum pernah kita hadapi sbelumnya. Makanya, pengetahuan kita tentang diri sendiri pun agak berkurang. Ibaratnya kita nggak tahu air dalam sebuah embernya itu panas atau dingin, sebelum kita mencelupkan tangan ke sana.


Saatnya Membuka Diri

Menurut Lilly h. Setionodari situs psikologi online, www.e-psikologi.com, ada satu pertanyaan khusus yang sering dilontarkan oleh remaja seusia kita, yaitu “Siapakah saya?” kalau kita semakin mengenal diri sendiri dan juga orang lain, open area dalam diri kita tambah luas, dan artinya hubungan kita dengan orang lain bakal makin harmonis. Nah, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang diri kita :

1. Berinteraksi

Salah satu cara paling sederhana untuk membuka diri adalah dengan banyak bergaul, berteman baik, memperluas hubungan, dan berkomunikasi. Dengan cara ini, kita dapat banyak masukan dari banyak orang. Otomatis, penilaian tentang diri kita semakin bertambah deh!

2. Open your self

Kita juga harus mau membuka diri terhadap orang lain. Kalau punya uneg-uneg, ungkapkan saja! Mau ngomong langsung atau lewat tulisan, terserah. Yang penting, jangan sampai memendam kekesalan. Yang ada, teman kita nggak pernah sadar dan kita terus memupuk kebencian tanpa tahu gimana untuk menghapusnya.

3. Do the acceptance

Sediakan tempat di hati dan pikiran untuk menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain tentang diri kita. Tebalkan kuping dan tahan amarah kita kalau ada orang lain memberikan kritik, saran dan pendapat yang tak enak sekalipun. Kalau mereka memang teman sejati, seharusnya kritik yang mereka lontarkan juga diikuti dengan solusi.

4. Berani tampil!

Cara lain yang perlu dilakukan supaya orang lain mengenal diri kita adalah lewat kegiatan positif. “Dengan tempat dan cara membuka diri yang tepat, orang lain akan punya persepsi yang positif terhadap diri kita. Misalnya, dengan ikutan kompetisi atau organisasi di sekolah. Orang lain akan mengenal kita karena kemampuan dan prestasi kita.” Saran psikolog Roslina Verauli dari Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta.


Ingat Rambu-Rambunya!

Walaupun begitu, kita nggak boleh sembarang membuka diri. Ada juga hal-hal yang perlu kita perhatikan. Menurut psikolog Roslina Verauli, nggak semua hal bisa kita buka ke orang lain. Ada hal-hal yang boleh dijadikan rahasia buat kita sendiri. Soalnya, kalau terlalu membuka diri = BAHAYA ! suatu hal boleh dijadikan rahasia kalau :

v Sesuatu yang jika kita kasih tahu ke orang lain, akan membuat diri sendiri nggak nyaman. Misalnya, cerita tentang pertengkaran orang tua di rumah yang sebenarnya sangat personal untuk diceritakan ke orang lain.

v Sesuatu yang kalau kita ceritakan, akan mengubah persepsi orang lain terhadap kita. Misalnya tentang gaya dan cara pacaran kita. Soalnya, setiap orang punya batasan dan definisi masing-masing tentang masalah ini.


Ketika kita memutuskan untuk membuka diri, perlu juga diperhatikan rambu-rambu di bawah ini :

v Tentukan lingkar pertemanan kita. Layaknya kulit bawang, teman-teman kita pun terbagi ke dalam beberapa lapisan. Lingkar terdalam berisi 3-4 orang yang kita anggap sebagai sahabat setia. Kepada merekalah, kita bisa berceerita hal-hal yang bersifat pribadi seperti masalah keluarga, sifat pacar, dan lainnya.

v You get what you give. Artinya, kita bisa membagi hal-hal yang kita punya, sebatas orang lain bercerita tentang dirinya juga. Jadi, kalau sobat bercerita tentang penyakitnya, kita juga bisa bercerita tentang penyakit yang kita derita.

No comments:

Post a Comment

Leave a comment!